“hal teridah adalah ketika aku bisa melihat kamu tersenyum bahagia
di depan aku”. Itulah sepenggal curahan perasaan aku ketika aku berada di
tengah mereka. Di sebuah ruangan yang cukup sederhana dengan cat berwarna merah
muda dan walpaper musik yang terempel rapi di setiap bagian tembok, hari Minggu
23 Mei 2012 lalu. Peristiwa itu masih sangat melekat di hati sampai saat ini,
ketika aku menulis sebuah tulisan ini bersama Diyon, seorang down syndrom yang
kini sedang menemaniku seusai mengikuti acara perayaan ulang tahunnya yang
ke-22.
Di pagi buta, sekitar pukul dua pagi aku telah dibangunkan oeh
Deria. Ia mengajak aku untuk mendekorasi ruangan yang sempat aku janjikan tadi
malam. Ternyata ia masih saja mengingat janjiku. Aku masih mengantuk dan
sesekali aku menguap ketika aku beranjak dari tempat tidur dan mengikuti
langkah Deria yang menggandengku ke sebuah ruangan sederhana, ruang musik. Ia
menyodorkan sebuah kotak kardus besar yang berisi pernak-pernik pesta ulang
tahun. Di dalamnya terdapat kertas warna-warni yang menarik, bola-bola kecil
dan kertas yang berbentuk salju yang siap di pasang di atap, dan tulisan
“Selamat Ulang Tahun” yang sudah di gunting dan siap untuk di pasang serta
peralatan lainnya. Aku mengucek mataku dengan mimik heran melihat barang-barang
itu semua.
Ternyata Deria telah menyiapkan pernak-pernik untuk merayakan ulang tahun Diyon. Langkahku masi terasa berat dan gontai ketika aku diajak untuk mendekorasi ruangan di waktu pagi buta. Namun, Deria tidak kehilangan akal untuk membuatku bersemangat. Ia memutarkan lagu kesukaanku dan memberiku segelas coklat panas dan roti coklat sebagai pengganjal perut di waktu dini hari. Aku pun meminum segelas coklat dan secuil roti itu dengan rasa malas. Namun segelas coklat dan secuil roti itu mampu membuatku sedikit bersemangat untuk mendekorasi ruang musik menjadi ruang ulang tahun Diyon.
Ternyata Deria telah menyiapkan pernak-pernik untuk merayakan ulang tahun Diyon. Langkahku masi terasa berat dan gontai ketika aku diajak untuk mendekorasi ruangan di waktu pagi buta. Namun, Deria tidak kehilangan akal untuk membuatku bersemangat. Ia memutarkan lagu kesukaanku dan memberiku segelas coklat panas dan roti coklat sebagai pengganjal perut di waktu dini hari. Aku pun meminum segelas coklat dan secuil roti itu dengan rasa malas. Namun segelas coklat dan secuil roti itu mampu membuatku sedikit bersemangat untuk mendekorasi ruang musik menjadi ruang ulang tahun Diyon.
Pukul 02.45 aku dan Deria mulai menggarap dekoras ruangan. Aku
membuka dan mengamati barang-barang yang telah disiapkan Deria. Sedangkan Deria
mulai sibuk dengan kavas dan catnya. Ia akan membuat sebuah ilustrasi untuk
Diyon. Aku mengamati Deria yang begitu semangat membuat sebuah ilustrasi untuk
Diyon dan aku pun menjadi lebih bersemanat. Aku meninggikan ikat rambutku
sampai ke atas kepala dan rambutku benar-benar seperti air mancur. Bahkan aku
pun menyisingkan lengan baju tidurku agar tidak mengganggu ketika aku
mendekorasi ruang musik. Pertama, aku mengambiil kertas-kertas tergulung dan
membuat sebuah pola ukiran yang menarik kemudian aku gunting dan aku tempelkan
di dinding-dinding ruang musik. Bola-bola kecil dan kertas-kertas berbentuk
salju aku gantung di atap menggunakan benang. Aku juga tidak lupa mengguakan
balon-balon kecil untuk mempercantik ruangan. Setelah itu aku juga menggantungkan
tulisan “Selamat Ulang Tahun Diyon” di tengah-tengah bola-bola dan kertas
berbentuk salju itu.
Sekitar pukul 5.15 aku telah selesai menyulap ruang musik menjadi
ruang pesta ulang tahun sederhana. Aku memusatkan perhatianku kepada Deria yang
sejak pukul 03.00 masih berkutat dengan kanvas dan catnya. Ternyata ia membuat
sebuah ilustrasi yang sangat indah. Ilustrasi itu ia pasang di sudut kanan dan
kiri ruang musik. Aku dan Deria saling memandang dan kami berpelukan. Kami
merasa sangat puas bisa menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik. Kami pun
menutup ruangan tersebut rapat-rapat dan menguncinya dari depan.
Aku dan Deria berjalan menuju ruang tamu kemudian merebahkan badan
di sofa. Tanpa terasa, aku dan Deria tertidur dan ketika bangun aku dan Deria
kaget. Jam dinding telah menunjukkan pukul 07.00. Aku dan Deria telah memiliki
janji dengan pemilik toko kue ulang tahun untuk mengambil kue ulang tahun pada
pukul 06.45. akhirnya aku membangunkan Deria dan langsung memanaskan motor dan
bergegas mengambil kue ulang tahun tanpa cuci mukan dan gosok
gigi apalagi mandi. setelah mengambil kue ulang tahun, kami menyimpan kue ulang
tahun tersebut ke dalam kulkas.
Undangan pesta ulang tahun Diyon telah disebar. Ketika pukul 10.00
teman-teman Diyon berdatangan. Mayoritas mereka adalah anak-anak down syndrom. Aku sedikit terkejut.
Ternyata, masih banyak anak-anak seperti Diyon di sekitar sini. Namun mereka
sangat bahagia dengan kehidupannya sebagai anak down syndrom. Ketika aku mengajak salah satu teman Diyon yang down syndrom ia sangat senang dan
antusias meski sedikit hiperaktif. Di pesta ulang tahun Diyon aku sempat
menitikkan air mata. Aku terharu dengan mereka yang masih bisa tersenyum dengan
keadaan mereka yang sangat terbatas.
Dari pesta ulang tahun itu aku menyadari bahwa selama ini aku
kurang bersyukur dengan keadaan aku sekarang. Setelah peristiwa itu, aku
berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan selalu mensyukuri segala hal yang
diberikan oleh Tuhan kepadaku. Terima kasih Tuhan yang telah menyadarkan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar