Minggu, 14 Desember 2014

Pesta Ulang Tahun Diyon


“hal teridah adalah ketika aku bisa melihat kamu tersenyum bahagia di depan aku”. Itulah sepenggal curahan perasaan aku ketika aku berada di tengah mereka. Di sebuah ruangan yang cukup sederhana dengan cat berwarna merah muda dan walpaper musik yang terempel rapi di setiap bagian tembok, hari Minggu 23 Mei 2012 lalu. Peristiwa itu masih sangat melekat di hati sampai saat ini, ketika aku menulis sebuah tulisan ini bersama Diyon, seorang down syndrom yang kini sedang menemaniku seusai mengikuti acara perayaan ulang tahunnya yang ke-22.
Di pagi buta, sekitar pukul dua pagi aku telah dibangunkan oeh Deria. Ia mengajak aku untuk mendekorasi ruangan yang sempat aku janjikan tadi malam. Ternyata ia masih saja mengingat janjiku. Aku masih mengantuk dan sesekali aku menguap ketika aku beranjak dari tempat tidur dan mengikuti langkah Deria yang menggandengku ke sebuah ruangan sederhana, ruang musik. Ia menyodorkan sebuah kotak kardus besar yang berisi pernak-pernik pesta ulang tahun. Di dalamnya terdapat kertas warna-warni yang menarik, bola-bola kecil dan kertas yang berbentuk salju yang siap di pasang di atap, dan tulisan “Selamat Ulang Tahun” yang sudah di gunting dan siap untuk di pasang serta peralatan lainnya. Aku mengucek mataku dengan mimik heran melihat barang-barang itu semua.
Ternyata Deria telah menyiapkan pernak-pernik untuk merayakan ulang tahun Diyon. Langkahku masi terasa berat dan gontai ketika aku diajak untuk mendekorasi ruangan di waktu pagi buta. Namun, Deria tidak kehilangan akal untuk membuatku bersemangat. Ia memutarkan lagu kesukaanku dan memberiku segelas coklat panas dan roti coklat sebagai pengganjal perut di waktu dini hari. Aku pun meminum segelas coklat dan secuil roti itu dengan rasa malas. Namun segelas coklat dan secuil roti itu mampu membuatku sedikit bersemangat untuk mendekorasi ruang musik menjadi ruang ulang tahun Diyon.
Pukul 02.45 aku dan Deria mulai menggarap dekoras ruangan. Aku membuka dan mengamati barang-barang yang telah disiapkan Deria. Sedangkan Deria mulai sibuk dengan kavas dan catnya. Ia akan membuat sebuah ilustrasi untuk Diyon. Aku mengamati Deria yang begitu semangat membuat sebuah ilustrasi untuk Diyon dan aku pun menjadi lebih bersemanat. Aku meninggikan ikat rambutku sampai ke atas kepala dan rambutku benar-benar seperti air mancur. Bahkan aku pun menyisingkan lengan baju tidurku agar tidak mengganggu ketika aku mendekorasi ruang musik. Pertama, aku mengambiil kertas-kertas tergulung dan membuat sebuah pola ukiran yang menarik kemudian aku gunting dan aku tempelkan di dinding-dinding ruang musik. Bola-bola kecil dan kertas-kertas berbentuk salju aku gantung di atap menggunakan benang. Aku juga tidak lupa mengguakan balon-balon kecil untuk mempercantik ruangan. Setelah itu aku juga menggantungkan tulisan “Selamat Ulang Tahun Diyon” di tengah-tengah bola-bola dan kertas berbentuk salju itu.
Sekitar pukul 5.15 aku telah selesai menyulap ruang musik menjadi ruang pesta ulang tahun sederhana. Aku memusatkan perhatianku kepada Deria yang sejak pukul 03.00 masih berkutat dengan kanvas dan catnya. Ternyata ia membuat sebuah ilustrasi yang sangat indah. Ilustrasi itu ia pasang di sudut kanan dan kiri ruang musik. Aku dan Deria saling memandang dan kami berpelukan. Kami merasa sangat puas bisa menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik. Kami pun menutup ruangan tersebut rapat-rapat dan menguncinya dari depan.
Aku dan Deria berjalan menuju ruang tamu kemudian merebahkan badan di sofa. Tanpa terasa, aku dan Deria tertidur dan ketika bangun aku dan Deria kaget. Jam dinding telah menunjukkan pukul 07.00. Aku dan Deria telah memiliki janji dengan pemilik toko kue ulang tahun untuk mengambil kue ulang tahun pada pukul 06.45. akhirnya aku membangunkan Deria dan langsung memanaskan motor dan bergegas mengambil kue ulang tahun tanpa cuci mukan dan gosok gigi apalagi mandi. setelah mengambil kue ulang tahun, kami menyimpan kue ulang tahun tersebut ke dalam kulkas.
Undangan pesta ulang tahun Diyon telah disebar. Ketika pukul 10.00 teman-teman Diyon berdatangan. Mayoritas mereka adalah anak-anak down syndrom. Aku sedikit terkejut. Ternyata, masih banyak anak-anak seperti Diyon di sekitar sini. Namun mereka sangat bahagia dengan kehidupannya sebagai anak down syndrom. Ketika aku mengajak salah satu teman Diyon yang down syndrom ia sangat senang dan antusias meski sedikit hiperaktif. Di pesta ulang tahun Diyon aku sempat menitikkan air mata. Aku terharu dengan mereka yang masih bisa tersenyum dengan keadaan mereka yang sangat terbatas.

Dari pesta ulang tahun itu aku menyadari bahwa selama ini aku kurang bersyukur dengan keadaan aku sekarang. Setelah peristiwa itu, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan selalu mensyukuri segala hal yang diberikan oleh Tuhan kepadaku. Terima kasih Tuhan yang telah menyadarkan aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar