Aku merindui senja dan khayalan yang
hadir diantara kita. Senja yang hadir pada langit. Menggoreskan cahaya merah
pada langit biru dan menggantikannya dengan gelap malam dan sedikit bintang
bercahaya waktu itu. Cahyanya membuat siluet yang indah pada pohon-pohon yang
meranggas dan menyisakan batang dan ranting. Juga pada atap rumah yang tak jauh
dari pandangan kita. Angin berembus. Angin yang berembus pada ranting pada daun
pada semak-semak yang menjadikan melodi pengatar senja dan kamu yang berusaha
menyendiri di depan rumah lantas menyadarkan kedua tangan di atas gerbang depan
rumah.
Tatapanmu seolah kosong. Terlihat dari
bola matamu yang menerawang jauh pada langit biru. Raut wajahmu sedikit
mengekspresikan lelah yang bercampur rindu. Lantas menghela napas panjang dan
teringat bahwa pekerjaan masih belum terselesaikan. Sesekali kamu menolehkan
kepalamu ke dalam rumah yang selalu sepi dengan gelagat tawa dan canda. Bagaimana
tak selalu sepi jika di rumah hanya kamu seorang. Tak ada teman untuk berbagi
keluh kesah atau canda tawa. Harimu selalu sepi. Terutama jika malam tiba. Hanya
alunan musik alam yang akan menemanimu beraktivitas atau musik-musik lain yang
kamu ciptakan untuk menemani malammu.
Kamu berdiri sudah cukup lama. Pikiranmu telah
melayang jauh pada rindu yang semakin menderu pada rumah yang tak sabar
menyapamu dengan ramah. Kebersamaan dengan keluarga yang tak kamu dapatkan di
rumah yang kini kamu tempati. Riuh canda tawa, obrolan-obrolan malam yang
berujung pada petuah-petuah ajaib yang tercurah dengan tulus dari hati seorang
ibu kepada anaknya yang sedang berjuang di tanah rantau. Kamu selalu merindukan
sosok perempuan pada rumah itu, yang selalu membuatmu bisa tersenyum dan
kembali bangkit disaat hati yang telah berkali-kali patah karena wanita, disaat
hati benar-benar goyah karena masalah, disaat kamu dihadapkan pada dilema yang
harus kamu akhiri.
Kamu ingin sekali kembali dan menyapanya
meski hanya sebentar. Namun keinginan itu hanya sebatas angan-angan saja.
terbentur pada kisah yang pernah kamu alami. Disaat rindu menderu dan ego
berhasil memaksamu untuk pulang dan menyapa mereka. Lantas yang kamu terima
bukan sapa hangat namun kata yang yang menyayat hati hingga berujung pada
kepulanganmu kembali. Kamu masih ingat benar kata-kata itu. “kembalilah. Dan jangan
pernah pulang kemari jika urusan dan tanggungjawabmu belum kau selesaikan”
@pkwriterpreneur
pkwriterpreneur
DAY1
pkwriterpreneur
DAY1